Kamis, 16 September 2010
Citra buruk Indonesia di manfaatkan Malaysia
Teror bom yang didalangi gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top, dinilai menguntungkan Malaysia. Dampak dari maraknya teror bom tersebut seketika mencoreng citra Indonesia, dan kondisi ini dimanfaatkan negeri jiran itu untuk mengambil keuntungan politik dan ekonomi. Pandangan tersebut diperkuat dengan langkah Malaysia akhir-akhir ini, seperti klaim terhadap sejumlah komoditas budaya asli Indonesia, dan dijadikan ikon promosi wisata negeri tetangga tersebut. Untuk itu Pemerintah Indonesia diminta bertindak tegas dalam relasi diplomatik dengan Malaysia, jika memang ada grand design menjatuhkan Indonesia. Pemerintah Malaysia cenderung setengah hati dan tidak serius dalam kerja sama regional dan internasional guna memberantas terorisme. Mereka cenderung mengambil keuntungan dari aksi-aksi teror. Karena kemunduran dalam pariwisata dan perekonomian akibat aksi-aksi teror di Indonesia, memberi pencitraan yang baik bagi Malaysia. Selain setengah hati, Malaysia juga tidak memiliki komitmen penuh terhadap penanggulangan terorisme. Ikatan-ikatan serumpun dan juga persinggungan sebagai kelompok negara ASEAN tidak bisa memberi tekanan bagi Malaysia. Salah satu solusi yang harus dikedepankan Indonesia dalam menengarai persoalan ini adalah meningkatkan kemampuan diplomasi dan terlibat langsung dalam perang opini, jika hal ini tidak cepat diselesaikan, akan muncul ancaman yang serius bagi sektor pariwisata dan beberapa dimensi kehidupan bangsa Indonesia lainnya. Stigma bahwa Indonesia tidak mampu menyelesaikan persoalan terorisme juga akan memberi pengaruh pada dunia internasional. Malaysia lebih banyak memanfaatkan situasi yang terjadi di Indonesia ketimbang mendesain sebuah rancangan sistematis untuk Indonesia. Contoh konkret keuntungan yang diperoleh Malaysia dari aksi teror di Indonesia, adalah dibatalkannya laga persahabatan klub sepakbola Manchester United di Jakarta, Juli lalu. Pada akhirnya, Malaysia yang diuntungkan karena rombongan klub tersebut memperpanjang masa tinggalnya di Malaysia dan menyuguhkan pertandingan ekstra bagi publik pecandu bola di negara itu. Malaysia tidak harus mengorbankan hubungan baik yang telah dibina antara kedua negara, dengan hanya memetik keuntungan sepihak dari tragedi yang terjadi di Indonesia. Apalagi didalangi oleh warga negara Malaysia dan yang tidak kalah seru dari masalah penindasan tenaga kerja wanita, sengketa perbatasan, pelaku teroris di Indonesia yang warga negara Malaysia, hingga kasus Tari Pendet dan Seni Reog Ponorogo yang diklaim sebagai budaya Malaysia. Artinya, Indonesia sebagai rumah dan pekarangan, harus mempunyai UU keamanan yang kuat. Jika Keamanan, Pertahanan, serta Intelejen diperkuat, akan membuat orang lain berpikir dua kali untuk masuk ke wilayah Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar